Entah sejak kapan pasar malam diadakan. Pastinya perayaan tersebut bisa menghadirkan delman-delman yang telah menghilang di kota kecil kami. Sebelum kehadiran angkutan kota sekitar tahun 1970-an, delman menjadi alat transportasi utama, bukan hanya dari desa ke pasar di pusat kota kecamatan kami, juga untuk menuju ibu kota kabupaten. Saat angkutan kota melayani kota kecamatan kami menuju ibu kota kabupaten delman mulai menyingkir dari jalan utama, hanya melayani arah utara dan arah selatan dari kota kecamatan kami.
Kota kecamatan kami sangat strategis di jalan pos Daendels, berada di sebelah barat ibu kota kabupaten yang hanya berjarak sekitar 8 km. Di sebelah selatan ada kota kecamatan tetangga yang saat ini telah menjadi ibu kota kabupaten menggantikan ibu kota lama. Sebelah utara daerah agraris di kecamatan kami, sawah membentang luas. Di sebelah barat kota-kota kecamatan lainnya yang dihubungkan oleh jalan pos Daendels. Di pusat kota kecamatan terdapat dua pasar, satu pasar utama yang terletak dipersimpangan pertemuan segala arah tadi. Berjarak satu kilometer ke arah timur terdapat pasar khusus yang hanya menjual kue dan makanan kecil lainnya yang dihasilkan dari desa-desa di sekitar pasar kue tersebut.
Di antara kecamatan-kecamatan lain di kabupaten kami, kecamatan kami paling ramai, hanya kalah dari ibu kota kabupaten lama. Menjadi titik pertemuan. Tempat berdirinya pasar utama kecamatan kami merupakan tempat peristirahatan delman dan pedati yang menuju ibu kota kabupaten lama, masyarakat menyebut tempat tersebut pasalaran dan saat ini menjadi nama pasar di kota kecamatan kami. Saat ini menjadi titik kemacetan utama di kabupaten kami. Jalan utama dari barat ke timur diperlebar, begitu pun ke utara, terlebih ke selatan semenjak ibu kota kabupaten pindah di kecamatan tetangga di selatan. Jalan tol dibangun menghubungkan sisi barat kota dan sisi timur kota, kemacetan masih menyergap kota kecamatan kami. Truk-truk besar dan bis-bis antar kota digantikan motor.
Delman-delman semula masih mendapat tempat di sisi barat pasar Pasalaran. Masih melayani penumpang ke arah utara dan selatan. Persaingan sengit terjadi di jalur selatan, angkutan kota yang menghubungkan ibu kota baru semula tidak mengusik keberadaan delman. Seiring tuanya armada angkutan kota, berganti dengan mobil-mobil baru, generasi baru lebih akrab dengan angkutan kota baru. Jumlah delman semakin lama semakin sedikit. Tidak terasa tiba-tiba menghilang.
Nasib delman jalur utara lebih baik. Masyarakat di utara yang agraris banyak menjadi pemilik delman-delman tersebut. Jarak dari desa mereka ke kota kecamatan kurang lebih 5 km. Untuk menempuh jarak tersebut transportasi umum satu-satunya yang tersedia adalah delman. Delman bertahan lebih lama di jalur ini. Sampai pada akhirnya bernasib sama dengan jalur timur dan selatan. Jalur baru angkutan kota dibuka, melayani jalur utara. Beberapa saat delman masih bertahan. Kebakaran pasar Pasalaran turut "membakar" delman-delman yang tersisa. Lenyap!
Kusir-kusir dari utara masih memiliki delman-delman tersebut. Namun, hadir hanya dalam ritual-ritual tahunan yang ada di kecamatan kami, selain di desaku, delman-delman hadir selama perayaan Maulud Nabi Muhammad saw di desa tetangga. Seperti di desaku, desa tetangga mempunyai masjid dan makam kramat. Disitulah pusat keramaian pasar malam maulud. Naik delman untuk merayakan 3 ritual tahunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar