Siang itu di ruang TV asrama. Seorang teman datang dan duduk di sampingku, sebatang rokok terselip diantara jari-jari tangannya, ia hisap pelan-pelan dan asap dikeluarkan dari mulutnya dengan sangat nikmat. "kamu ngerokok apa?" tanyaku tiba-tiba ketika mencium bau asap rokok yang dia hembuskan. Bukan jawaban yang aku dapatkan tapi sebuah pertanyaan balik "kamu tahu apa soal rokok?" sebuah pertanyaan wajar karena aku sendiri tidak pernah merokok, jadi tahu apalah aku tentang rokok. "tapi bau rokokmu lain?" jawabku. Dia tidak mau mengalah, "Gimana kamu tahu rokok, ngerokok aja lom pernah!". Jawabanku tak kalah sengit "Iya, tapi bau rokokmu itu lain!". "Namanya aja Dji Sam Soe", akhirnya ia menjawab. Sekali lagi aku mengatakan, "tapi kok baunya lain?". Ia tidak menjawab, tidak lama kemudian ia keluar, mungkin untuk mengecek rokok yang dia hisap tersebut. Tidak lama kemudian aku keluar dari ruang TV, sang teman tadi sedang duduk-duduk di bangku, ia dengan jengkel akhirnya mengakui bahwa rokok yang dihisapnya bukan Dji Sam Soe tapi Sam Liok Kioe, jengkel karena merasa ditipu teman yang memberi rokok tersebut.
Ada banyak alasan untuk merokok seperti mencari inspirasi, teman melepas ketegangan, dan ada alasan yang sampai saat ini belum saya mengerti sebagai lambang maskulinitas, kejantanan seorang pria. Aku tidak tahu darimana alasan tersebut datang dan dimana letak kejantanannya. Atau jangan-jangan karena mereka terlalu sering nonton iklan rokok yang menggambarkan maskulinitas pria? Sementara untuk teman wanita yang merokok saya tidak begitu tahu apa alasan mereka untuk merokok.
Siang kemarin di kawasan Jalan Merdeka di depan sebuah pusat perbelanjaan ternama di Bandung, aku duduk di tepi trotoar. Suasananya begitu berbeda dibanding beberapa bulan yang lalu, trotoar bersih dari pedagang kaki lima, di pinggir trotoarpun dipasang pagar. Aku duduk di tepi trotoar menunggu adikku yang meminta ketemu di sebuah restoran cepat saji di pusat perbelanjaan tersebut. Kuperhatikan cewek-cewek berjilbab yang lalu lalang di depanku, siapa tahu itu adalah dia. Begitupun angkot yang berhenti di depanku, siapa tahu dia baru turun dari sana.
Sebuah angkot berhenti persis di depanku, menunggu penumpang, mataku menjelajah isi angkot, mataku terhenti melihat sosok gadis berjilbab, kupandangi dia agak lama. Dia membalas pandanganku, untuk beberapa lama kami saling berpandangan. Aku memandangnya bukan karena kecantikannya atau dia adikku tapi dengan apa yang dia lakukan di dalam angkot tersebut. Ada kegelisahan di matanya. Sebatang Dji Sam Soe ia hisap dalam-dalam, beberapa kali ia lakukan dibawah tatapan mataku. Aku tertegun, dalam otakku "apa tidak salah yang aku lihat?" Aku tidak heran dengan wanita merokok baik yang berjilbab terlebih yang tidak berjilbab, tapi banyak pertanyaan ketika melihat gadis berjilbab itu merokok di tempat umum.
Aku jadi teringat seorang teman wanita yang berjilbab, aku tidak tahu kalau dia perokok. Suatu waktu dikala dia banyak masalah, entah sengaja atau tidak dia datang ke tempatku dengan membawa satu bungkus rokok putih. Padahal dia tahu aku sangat benci sekali benda itu--alasanku sederhana karena benda tersebut membuat kamarku bau asap rokok--secepat kilat dia mengambil bungkusan rokok itu ketika aku mau mengambilnya, dia tahu aku akan membuangnya.
Setelah bertemu dengan adikku, aku mampir ke Sabuga untuk bersua dengan teman-teman disana.
16 Juni 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar