“Apakah cinta mempunyai mata? Sehingga ia bisa memilih siapa yang dicintainya” SMS pendek itu kukirim kepada seorang teman “seorang pejuang cinta”. “Cinta punya mata, itulah kenapa orang butuh kaca. Kl ga terima ya pecahin aja” balasnya. Saya tidak bermaksud membahas jawaban teman tersebut yang sebenarnya tidak saya mengerti, saya ingin membahas pertanyaan saya sendiri.
Tepatnya pertanyaan tersebut bukan punya saya. HU Pikiran Rakyat edisi minggu biasanya terdapat rubrik keluarga, berisi cerita-cerita seputar permasalahan keluarga. Kebetulan Desember 2007 saya berada di Bandung, di hari minggu dimana pada malam minggunya saya melewatkan sebuah pertandingan besar Liga Inggris antara Manchester United vs Liverpool. Seorang wanita, tepatnya janda, bercerita tentang kehidupannya. Ia adalah seorang wanita yang sangat anti poligami hingga suatu saat ia bekerja sama dengan seorang teman pria dalam sebuah bisnis. Pria tersebut telah berkeluarga. Sampai pada akhirnya ia merasa membutuhkan kehadiran pria teman bisnisnya tersebut.
Apa lacur pria tersebut telah mempunyai keluarga. Ia teringat masa-masa kejayaannya. Sebagai istri seorang direktur ia mempunyai posisi yang terhormat, bersama istri-istri di perusahaan yang dipimpin suaminya mengawasi perilaku suami-suami mereka. Jangan sampai ada di antara suami-suami mereka yang melakukan selingkuh dan berpoligami. Hingga suatu saat ada salah satu anak buah suaminya berselingkuh. Mereka kompak mendatangi wanita selingkuhan dan memperingatkannya untuk tidak mendekati suami temannya. Bagi mereka wanita-wanita seperti itu adalah pengganggu kehidupan rumah tangga orang.
Dunia berbalik ketika sang suami mendahuluinya. Kehidupan ekonomi menurun. Hingga ia bertemu dengan seorang teman dan mau membantu bisnisnya. Keberadaan pria tersebut semakin lama semakin dibutuhkannya. Kehadirannya sangat ia tunggu-tunggu, tidak hanya sebagai teman bisnis, tapi telah tumbuh benih-benih cinta. Ia menyadari status pria tersebut tidak memungkinkannya untuk menjalin sebuah hubungan yang serius. Satu kesadarannya bahwa tidak selamanya wanita yang dekat dengan suami orang berniat merusak rumah tangga. Ada kuasa yang tidak bisa dielakkannya bahwa cinta itu buta sehingga ia tidak bisa memilih siapa yang ingin dicintainya. Ia terjebak antara realitasnya dan realitas pria itu.
Sabtu, 16 Agustus 2008
Arsip FS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar