Pustaka Kita

04 Agustus 2012

Dualisme dalam Sepak Bola Indonesia


Di masa akhir jabatannya, Nurdin Halid dihadapkan dengan hadirnya Liga Primer Indonesia (LPI). Konon didukung oleh Arifin Panigoro. PSSI menganggap LPI tidak sah bahkan oleh FIFA dilabeli “Breakaway League”. LPI tetap berjalan dengan dukungan pemerintah.


Dualisme kompetisi tertinggi muncul kepermukaan. ISL (Indonesia Super League), liga yang digulirkan PSSI, mendapat saingan dari LPI. Penggagas LPI ingin mewujudkan sepak bola profesional dengan meniru sistem liga di Australia dan Amerika Serikat.


Dualisme berakhir seiring dengan pergantian pengurus PSSI. PSSI merombak total kompetisi. ISL dibubarkan, diganti IPL (Indonesia Premier League) dan menambah peserta menjadi 24 klub. Kebijakan ini serta merta mendapat tentangan banyak klub.


Beberapa klub tetap menginginkan ISL sebagai kompetisi tertinggi dengan peserta 18 klub. Lainnya menyetujui konsep PSSI. Dualisme kompetisi tampaknya belum benar-benar bisa diselesaikan PSSI. Bahkan menjalar ke level klub, beberapa klub mengalami dualisme (legalitas), seperti Persija, Arema, dan Persebaya.


Sepak bola Indonesia tidak asing dengan dualisme. Federasi sepak bola tertinggi di negeri ini sejak awal pun sudah mengalaminya. Adalah PSSI sebagai “pencetus” dualisme sepak bola. PSSI didirikan pada 1930 untuk memperjuangkan kepentingan pribumi di dunia sepak bola, menandingi NIVB (Nederlandsch-Indische Voetball Bond) yang didominasi oleh orang-orang Eropa.


Dimata NIVB mutu kompetisi PSSI lebih buruk dari kompetisi NIVB. Lambat laun kompetisi yang diselenggarakan NIVB kalah pamor dari kompetisi PSSI. Pertandingan kompetisi NIVB semakin ditinggalkan penonton. Kompetisi PSSI atau perserikatan berlangsung sampai Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri. Akhir tahun 1970-an PSSI menggulirkan Galatama (Liga Sepak bola Utama). Salah satu perintis liga profesional di Asia. Kompetisi Perserikatan dan Galatama berjalan seiring sejalan. Pemain nasional bisa berasal dari dua kompetisi yang berbeda rohnya tersebut. Hingga akhirnya kompetisi amatir dan semi profesional digabungkan menjadi Liga Indonesia pada 1994.


Konflik di NIVB dan Lahirnya NIVU
NIVB didirikan pada 1919 dan diakui sebagai anggota FIFA pada 1924. Anggota NIVB terdiri federasi atau perserikatan di Pulau Jawa (Jakarta, Sukabumi, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Malang ), Banjarmasin, Makassar, dan Medan.


Jalannya NIVB tidaklah mulus. Di dalam organisasi terjadi kekisruhan—terbentuk dua kubu, yaitu Jawa bagian Barat dimotori Jakarta dan Jawa bagian Timur dimotori Surabaya. Di lapangan, kompetisi semakin sepi penonton—kalah bersaing dengan PSSI. Puncaknya beberapa federasi atau perserikatan dimotori VBO (Jakarta) keluar dari keanggotaan NIVB, menyisakan Surabaya dan Malang.


Tahun 1934, VBO dan federasi atau perserikatan yang keluar dari NIVB mendirikan organisasi baru, NIVU (Nederlandsch Indische Voetball Uni). NIVB bubar pada 1935. FIFA mengakui NIVU menggantikan NIVB pada 1936.


Hubungan PSSI dengan NIVU lebih baik dibanding dengan NIVB. NIVU sebagai organisasi yang diakui FIFA berusaha merangkul PSSI. Pada 1937, NIVU dan PSSI sepakat membentuk tim nasional bersama untuk menghadapi Piala Dunia 1938 Perancis. Kekisruhan kembali terjadi. Menjelang bergulirnya Piala Dunia 1938, PSSI membatalkan kerjasama pembentukan tim nasional. NIVU dituduh menentukan pemain secara sepihak dan penggunaan bendera Belanda sebagai bendera Hindia Belanda.


Tidaklah mengherankan bila kita sering menyebut tim nasional dengan sebutan "PSSI" untuk membedakan tim nasional NIVU. Meskipun FIFA mengakui Indonesia sebagai negara Asia pertama peserta Piala Dunia, PSSI tidak pernah mengakuinya.


Pasca kemerdekaan, NIVU masih diakui sebagai anggota FIFA. NIVU bubar seiring pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda pada 1949. PSSI diakui sebagai anggota FIFA tiga tahun kemudian, tahun 1952. Dualisme federasi dan kompetisi pun berakhir.

DIDI JUNAEDI
Pencinta Sejarah dan Sepak Bola

Dimuat di Rubrik Oposan Tabloid Bola edisi 2.274
Kamis-Jumat, 17-18 November 2011

2 komentar:

taruhan bola mengatakan...

ane masi bingung ni sama persepakbolaan indonesia, padahal 1 negara tapi masi ada aja yg ribut"

Anonim mengatakan...

Apapun yang terjadi kita tetep harus dukung sepakbola indonesia....
http://voetbal-nusantara.blogspot.com/